Membaca artikel dari CNBC Indonesia, yang memberitakan tentang banyaknya GenZ dan milenial yang menunggak kredit macet hampir 1 triliun, membuat kita semua miris dan prihatin.
Bagaimana mungkin GenZ dan milenial yang rata – rata berusia muda sampai terjebak hutang segitu banyaknya. Ini harus menjadi perhatian kita semua.
Promo paylater dan promo COD yang dilakukan oleh sejumlah marketplace juga ikut menyumbang besarnya hutang GenZ ini. Bagaimana tidak tertarik? tanpa membayar apapun, GenZ sudah mendapatkan barang idamannya, bahkan dapat promo potongan harga jika order pada waktu – waktu tertentu. GenZ dijamin tergiur meskipun tidak ada uang di dompetnya, kan bisa bayar buan depan pas gajian? Hal itu mungkin yang ada dipikiran GenZ, padahal bulan depan juga masih banyak cicilan lain selain harus bayar paylater.
Kami juga pernah berbincang dengan sejumlah kurir yang mengirim barang dengan pembayaran COD, tidak jarang bahwa barang ini terpaksa diretur karena pembeli tidak punya uang untuk membayar ordernya tersebut. Padahal, mestinya pembeli sudah menyiapkan uang untuk membayar order tersebut sehingga tidak perlu di retur ke penjual.
Hal ini banyak terjadi karena banyak Millenial dan GenZ yang berpikir pendek, berpikir enaknya saja.”Mungkin pas barang datang sudah punya uang “, begitulah kira – kira harapan mereka ketika melakukan order COD di marketplace, “Mumpung ada promo, harganya lebih murah”, hal itu juga semakin membuat Millenial dan GenZ menjadi sangat konsumtif tanpa berpikir kemampuannya untuk membayar.
Sejauh ini belum ada upaya dari pihak – pihak yang berwenang untuk setidaknya “nge-rem” semakin banyaknya hutang dan kredit macet dari GenZ dan milenial ini. GenZ dan Milenial juga tidak ada edukasi bagaimana mengelola keuangannya, jangan sampai besar pasak dari pada tiang.
Lalu, sampai kapan fenomena ini terus terjadi? entahlah… sulit untuk menjawabnya
Satu tanggapan pada “Paylater dan Bayar COD, dimanjakan Marketplace tetapi terjebak hutang”