Pada satu kesempatan, kami datang ke seorang pengusaha sepatu sandal di daerah Balongmojo Puri Mojokerto. Jika kami amati, usaha ini adalah usaha rumahan dengan karyawan tidak sampai 10 orang. Tetapi yang membuat kami kaget adalah omset mereka yang lumayan besar. Tidak kurang dari 100-200 pasang sandal atau sepatu terjual per harinya.
Pengusaha ini kemudian bercerita secara singkat tentang usahanya ini. Persaingan sangat ketat, pengusaha sepatu atau sandal bukan dirinya saja, harus kreatif dan terus semangat memasarkan produknya. Memang ketika kami amati, di sekitar Balongmojo ini memang banyak pengusaha sepatu sandal. Bukan hanya Balongmojo, sekitar Mojokerto memang sentra pengusaha sepatu sandal rumahan dengan ciri khas masing – masing.
Tentang bagaimana cara pemasarannya, paling tidak ada beberapa cara yang dilakukan, berikut kami tuliskan sesuai pengamatan dan hasil diskusi.
Pemasaran langsung
Pemasaran langsung dengan membuka semacam toko kecil di depan rumah, dengan sejumlah etalase yang di dalamnya terdapat sepatu atau sandal yang dijual. Pembeli bisa datang langsung ke toko untuk membeli sandal atau sepatu yang tersedia
Konsinyasi
Sepatu dan sandal dititipkan ke toko. Tetapi penjualan seperti ini sangat beresiko, karena sering tidak terbayar karena satu dan lain hal. Jika pun terbayar, proses pembayarannya akan cukup lama.
Mungkin dulu model konsinyasi menjadi pilihan utama karena lebih sederhana sistemnya, tetapi saat ini sudah tidak lagi menjadi pilihan utama dalam pemasaran.
Website
Pemasaran melalui website ini lebih cenderung untuk mengenalkan merk, mengenalkan produk. Bagaimana caranya agar produk ini lebih dikenal ke lebih banyak kalangan. Memiliki website ini juga untuk meningkatkan citra merk, meningkatkan branding UMKM di kalangan dunia maya.
Pemasaran langsung juga dilakukan lewat website, tetapi omsetnya tidak banyak karena tergantung pengunjung website. Website juga digunakan untuk lebih mengenal ke para distributor yang akan ikut memasarkan produk sepatu dan sandal ini.
Marketplace
Marketplace seperti shopee, tokopedia dan sejenisnya saat ini menjadi trend bagi anak muda. Oleh karena itu, memasarkan lewat marketplace harus dilakukan untuk menjaring anak muda ini.
Penjualan retail menjadi laris manis di marketplace ini. Selain itu, harga di marketplace juga bisa ditekan karena penjualan langsung ke pembeli tanpa ada pihak perantara.
Dari hal tersebut, kami menggarisbawahi, bahwa UMKM, dalam hal ini sepatu dan sandal, yang terjun ke dunia digital, relatif lebih mampu bertahan dari pada yang lain. Saluran pemasaran yang bergeser dari offline ke online bisa menyelamatkan UMKM, minimal yang ada di Mojokerto, untuk berkembang lebih jauh dan menjangkau pasar lebih luas.
Bisa jadi, produk – produk lain selain sandal sepatu, jika menggunakan saluran digital juga akan bisa menaikkan penjualan. Bisa melalui website untuk pengenalan produk dan melalui marketplace untuk penjualan retailnya. Dengan kreatifitas, kita akan mampu bertahan di era digital ini. Bagiamanapun, dunia digital bagai pisau bermata dua, satu sisi bisa membuat bisnis meningkat, di sisi lain akan membuat bisnis hancur karena reputasi yang tidak terjaga dengan baik.
Sebagai UMKM, anda pilih yang mana?
Satu tanggapan pada “UMKM Go Digital, Go Marketplace”