Siapa gak suka uang? Hari gini pasti semua buth uang, bahkan dibela-bela untuk pergi pagi pulang pagi, kaki jadi kepala , kepala jadi kaki. Semua demi uang.
Nah, jika dulu pinjam uang, apalagi di bank, susah sekali, banyak persyaratan ini itu, harus ada jaminan, harus di survey untuk melihat profil peminjam. Saat ini semuanya tidak berlaku, genersi sekarang dimanjakan dengan pinjaman online (pinjol). Pinjaman yang bahkan tidak perlu tahu siapa peminjamnya karena tidak ada pertemuan antara pemberi pinjaman dan peminjam. Semua dilakukan secara online.
Banyak orang, terutama GenZ, yang akhirnya terjerat pinjol ini karena awalnya karena coba – coba, apalagi promo pinjol yang sangat menyesatkan, seolah – olah mudah mendapatkan pinjaman. Ambil saja contoh sebuah pinjol dalam promonya menanyakan usia nomor telpon, kemudian dijawab nomor telpon ini bisa mendapatkan sekian juta. Padahal itu adalah pinjaman yang harus dibayar dengan bunga tertentu.
Banyak juga yang mengambil pinjaman online ini yang katanya untuk usaha, untuk bisnis. Padahal jika dilihat, bunga pinjol ini relatif lebih tinggi jika dibanding pinjaman konvensional. Jadi beban biaya untuk usaha ini jelas tambah besar karena beban bunga yang harus ditanggung.
Dilansir dari CNBC Indonesia, tunggakan pinjol semakin lama semakin banyak, karena banyak yang hanya memikirkan enaknya mendapatkan uang, tetapi tidak memikirkan kemampuan mengangsur, termasuk membayar bunganya. Padahal resiko pinjol ini, meskipun katanya untuk usaha, tetap besar.
Resiko memiliki tunggakan pinjol, menurut Tempo, antara lain mendapat teror dari debt collector, penyebaran data pribadi ke seluruh dunia maya, denda dan bunga yang terus membengkak, masuk dalam daftar blacklist bank atau pemberi pinjaman lain, bahkan masuk dalam daftar kredit macet di OJK.
Jadi, pikirkan lagi jika masih ingin mengajukan pinjaman ke pinjol karena resikonya jauh lebh besar dari pada uang yang kita terima. Meskipun pinjaman ini untuk bisnis, hitung lagi dan lagi untuk memastikan bahwa pinjaman ini masih dapat ditutup dengan keuntungan yang didapat.
Jangan sampai besar pasak dari pada tiang, lebih besar pengeluaran dari pada pendapatan. Apalagi pinjaman ini digunakan untuk kebutuhan sehari – hari, kebutuhan konsumtif yang sama sekali tidak penghasilkan apa – apa, dijamin anda akan terperosok semakin dalam di jurang hutang pinjol.
Banyak yang beralasan terpaksa, tetapi terpaksa ini seringkali untuk mengikuti gaya hidup demi terlihat kaya. Misalnya untuk beli Iphone seharga belasan juga, atau beli smartphone seharga jutaan rupiah. Demi untuk mengimbangi pergaulan dimana dalam circle tersebut semua pakai iphone, sehingga malu jika tidak sama.
Sekali lagi, pikirkan lagi jika ingin mengajukan pinjaman online, meskipun mudah dan cepat, tetapi ada banyak resiko dibalik itu semua.