UMKM Masih Enggan Menggunakan QRIS

logo bisnisant

Pemerintah, melalui Bank Indonesia mulai mengimplementasi QRIS sebagai salah satu cara pembayaran non tunai di Indonesia sejak Januari 2020. Pandemi covid-19 mempercepat implementasi QRIS ini. Diharapkan penetrasi QRIS akan sampai ke UMKM tingkat bawah, sehingga budaya non tunai ini bisa menyebar ke masayarakat.

Tetapi masalahnya tidak semudah itu, jika kita lihat, merchant – merchat besar, atau di lokasi – lokasi kota besar, pemanfaatan QRIS ini sudah lumrah saat ini. Tetapi di sisi UMKM, apalagi yang ada di pelosok negeri, nampaknya masih jauh dari pemanfaatan QRIS ini.

Berikut ini pendapat kami kenapa UMKM masih belum banyak mengadopsi QRIS sebagai cara pembayaran.

  • Masyarakat masih suka uang tunia

Kebanyakan masyarakat, dengan alasan kebiasaan dan kemudahan, masih sangat senang menggunakan uang tunai, hanya sebagian kecil saja masyarakat yang lebih suka non tunai. Apalagi pembelian masyarakat ini tidak terlalu banyak nilainya, sehingga masyarakat merasa uang tunai lebih cepat dan praktis

  • UMKM belum tersentuh Perbankan

Meskipun 70% lebih masyarakat punya rekening bank, tetapi rekening ini kebanyakan adalah rekening tabungan yang bukan untuk bisnis. UMKM nyaris tidak pernah menggunakan perbankan (non tunai) untuk transaksinya. Kebanyakan karena perputaran uang mereka cukup cepat, hari ini dapat, hari ini juga dibelanjakan untuk keperluan besok. Jika menggunakan non tunai, mereka merasa ribet dan tidak sesuai dengan cara mereka berbisnis.

  • QRIS masih asing

Meskipun bank sudah mempromosikan QRIS di banyak tempat, tetapi UMKM yang nyaris tidak berhubungan dengan bank masih cukup asing dengan QRIS. Belum lagi bagaimana cara mendapatkan QRIS ini dan apakah masyarakat sudah paham cara penggunaaannya, membuat UMKM enggan berpindah ke QRIS.

  • QRIS membutuhkan waktu pencairan dana

Cara bisnis UMKM yang perputaran uangnya cepat seperti dijelaskan di atas, membuat UMKM enggan menggunakan QRIS. Untuk mencairkan dana, QRIS membutuhkan minimal 24 jam agar bisa cair. Hal ini jelas mengganggu proses bisnis UMKM yang modalnya minim, mereka butuh cash untuk belanja modal untuk bisnis.

  • QRIS ada biaya tambahan

Meskipun kecil, bagaimanapun QRIS tetap mengenakan biaya untuk transaksinya. UMKM jelas keberatan dengan hal ini. Sudah modal minim, kena potongan lagi. Padahal masih banyak alternatif pembayaran lain, terutama tunai, yang bisa dipakai, sehingga QRIS bukan lah pilihan yang dipertimbangkan.

Klik untuk menilai!
[Total: 0 Rata-rata: 0]
UMKM Masih Enggan Menggunakan QRIS
Bagikan kami!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas