Menjadi Youtuber menjadi idaman banyak orang. bukan hanya Youtuber, menjadi konten kreator secara umum menjadi dambaan banyak orang. Harapannya apa lagi kalau bukan mendapatkan penghasilan yang lumayan.
Dari situ, banyak orang berlomba – lomba untuk membuat konten, sebagian besar di YOutube, sebagian lagi di tiktok, sebagian lagi di instagram. Jika bukan bentuk video, tulisan bisa lewat blog atau pembuatan novel berjilid – jilid. Podcast bentuk audio pun juga marak di mana – mana.
Memang, jika melihat statistik, porsi iklan online semakin hari semakin besar jika dibandingkan dengan iklan konvensional. Persentasenya semakin hari semakin besar. Hal ini memberikan peluang kepada konten kreator untuk mendapatkan pendapatan lebih besar.
Tetapi masalahnya, meskipun peluang konten kreator semakin besar, tetapi porsi pendapatannya justru semakin turun. Koq bisa? Iya, porsi iklan yang semakin besar, ternyata dibagi – bagi dengan semakin banyak konten kreator yang nimbrung ke dunia digital ini.
Ibarat ada gula ada semut, dunia digital yang menawarkan penghasilan besar, banyak orang yang mencoba peruntungan dengan menjadi konten kreator, persentase kenaikan jumlah konten kreator cukup signifikan. Tetapi kebanyakan dari konten kreator ini cuma coba – coba, siapa tahu bisa seberuntung yang lain.
Hal ini membuat konten yang dihasilkan juga tidak banyak yang berkualitas sehingga tidak banyak menarik minat pemirsa. Konten kreator yang seperti ini jumlahnya sangat banyak sekali, porsi iklan yang meningkat, tidak sebanding dengan kenaikan jumlah konten kreator. Porsi pembagian pendapatan iklan menjadi semakin kecil karena dibagi – bagi ke banyak sekali konten kreator.
Dari sisi konten kreator, mereka akhirnya merasa pendapatannya tidak cukup, terutama untuk menutup biaya operasional. Dengan kata lain, konten kreator malah merasa rugi ketika membuat konten. Harapan untuk mendapatkan penghasilan yang besar hanyalah angan – angan yang tidak kunjung terwujud.
Sekali lagi, bukan karena porsi iklannya yang kurang, tetapi lebih banyak karena pembagian porsi iklan ini semakin banyak, semakin banyak yang mendapatkan ‘jatah’, sehingga harus dibagi kecil – kecil.
Persaingan antar konten kreator menjadi semakin sengit. Mengantisipasi hal ini, platform semakin selektif dalam ‘memilih’ konten kreator yang berhak mendapatkan pendapatan iklan dengan menerapkan syarat yang semakin berat.
Pada akhirnya, hukum alam lah yang akan bicara, siapa yang mampu bertahan dengan kondisi tersebut, dialah yang akan jadi pemenangnya. Konten kreator yang mampu menghasilkan konten berkualitas dan siap dengan keadaan adalah konten kreator yang akan bertahan, lainnya akan jatuh dan mundur pelan – pelan.