Sudah menjadi suatu yang jamak, ada gula ada semut. Ada peristiwa menarik perhatian, di situ banyak yang ikut nimbrung untuk ikut mendapatkan manfaat. Jika hal itu bermakna positif, sebenarnya tidak masalah. Tetapi yang terjadi adalah banyak yang nimbrung untuk mendapatkan manfaat tetapi caranya dengan memproduksi hoax, memproduksi konten yang seolah – olah benar, padahal bohong belaka. Mereka ingin mendapatkan klik dan view dengan mendompleng.
Ambil saja contoh kemenangan Timnas sepak bola Indonesia terhadap Arab Saudi yang berakhir 2-0, euforia pendukung timnas jelas tidak bisa dibendung, berita tentang timnas langsung menjadi trending topic dan viral di mana-mana. Yang menjadi masalah, ternyata banyak oknum memanfaatkan hal ini supaya kontennya juga dilirik. Salah satu contoh adalah konten yang memberitakan tentang Marcelino Ferdinan (Punggawa Timnas) yang diberitakan juga mencetak gol di timnya, Oxford United setelah dari timnas. Pasti banyak yang suka dengan konten demikian, bagaimana kualitas pemain timnas bisa bersaing dengan yang lain.
Padahal ini berita bohong belaka, jangankan mencetak gol, Marcelino Ferdinan hanya ada dibangku cadangan, belum pernah sekalipun bermain.
Contoh satu lagi, ramainya kenaikan PPN menjadi 12%, membuat orang yang tidak bertanggung jawab untuk membuat konten – konten ngawur demi view, bahkan untuk menipu. Kami menemukan video (yang tentu saja bohong) ucapan menteri keuangan yang akan membagi bansos dan diberikan link untuk mendapatkannya. Video yang dibuat dengan AI ini sungguh serupa dengan aslinya, apalagi yang mengucapkan menteri keuangan langsung.
Tetapi anda sudah pasti tahu arahnya, penipuan. Bagi orang yang tidak paham AI, pasti akan ditelan mentah – mentah. Korban pasti akan berjatuhan karena konten seperti ini.
Masih banyak lagi konten – konten palsu demi click bait, demi mendulang view dan bahkan penipuan dengan memanfaatkan peristiwa tertentu. Konten – konten yang diproduksi oleh orang yang tidak bertanggung jawab ini jelas menyesatkan dan cenderung untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Oleh karena itu, sebaiknya kita cek dan ricek, minimal kita mendapatkan jawaban atas kebenarannya setelah mendapatkan dari 2 sumber. Dengan demikian kita tidak akan jadi korban hoax, apalagi sampai tertipu.
Kami pernah mendapatkan kabar dari seorang teman, teman ini mendapatkan kabar dari seorang ustad yang terpecaya, pastinya teman ini juga percaya karena ustad ini tidak mungkin bohong. Setelah kami cek lagi, ternyata benar apa yang disampaikan seorang ustad ini, tetapi informasinya sudah di framing sedemikian rupa sehingga maksud aslinya sudah terkubur oleh framing ini.
Sekali lagi, hati – hati dengan setiap konten yang kita terima, perkembangan AI membuat benar salah menjadi semakin kabur, kita saja yang tetap harus hati – hati dan waspada