GenZ dan Short Video

banner bisnisant tips trik online, berita netizen dan informasi teknologi

Tiktok tiba – tiba populer karena mengusung konsep video pendek (short video). Kemudian disusul aplikasi serupa seperti snack video, DubSmash, Like dan sejenisnya. Meskipun popularitasnya sama sekali jauh dari Tiktok, mereka mencoba peruntungan dengan mengusung konsep yang sama atau mirip dengan tiktok.

Berikutnya adalah aplikasi lain yang menyusul memberikan fitur video pendek. Instagram memberikan fitur Reels, Facebook yang serumah dengan instagram juga menambahkan Reels serupa. Twitter lebih dulu mengijinkan video pendek di dalamnya.

Tidak ketinggalan, Youtube yang biasanya hanya mengijinkan video panjang kali ini menelurkan Short untuk menampung video pendek.

Lalu apa kaitannya dengan GenZ? Perilakunya lah yang membuat aplikasi video pendek menjadi sangat populer. Tetapi sebelum ke sana, kita perlu flashback ke belakang untuk sedikit melihat perilaku GenX.
Sekitar tahun 80an sebagai awal mula GenX, internet masih sangat terbatas, bahkan saat GenX remaja sampai dewasa, kecepatan internet sangat terbatas, hal ini membuat hanya konten berbasis text yang populer, Munculnya Content Management System (CMS) semakin membuat konten text mendapatkan wadahnya. Platform blog menjadi sangat populer pada saat itu, sebut saja Blogger, Geocities, postnuke, phpnuke, drupal, joomla sampai kelahiran WordPress menjadi sangat fenomenal.

Siapa yang bisa membuat konten text menjadi sangat populer, media sosial hanya bisa dihitung dengan jari, salah satunya Frienster. Media sosial ini juga berbasis text dan foto yang masih terbatas.

Tetapi GenZ berbeda, dia lahir dengan penetrasi broadband, kecepatan internet dengan basis megabytes, membuat streamng video sangat memungkinkan. Mengirim dan menerima video menjadi sangat mudah, yang tidak dirasakan oleh GenX, maka situs seperti Youtube menjadi begitu populer, sehingga sampai hari ini jutaan orang menggantungkan hidupnya dari Youtube sebagai Youtuber. Setelah Youtuber, muncul tiktoker di tiktok dan selebgram di instagram.

Konten video menjadi konsumsi sehari – hari, bahkan televisi yang juga menghadirkan konten video, diramalkan akan kalah, bahkan punah dalam beberapa tahun ke depan karena kalah dengan streaming video.

Oleh karena itu, bagi GenZ, konten text yang diagung-agungkan GenX menjadi tidak relevan dan dianggap kuno. Meskipun konten text tetap akan ada, tetapi agak tersisih digantikan video. Hal ini sangat berpengaruh di sekolah tempat GenZ menempuh pendidikan. GenZ menjadi malas membaca, kurang literasi karena tidak ada kebiasaan membaca. Semua konten di sekolah berbasis text, nyaris tidak ada video.
Oleh karena itu, di sekolah ada jam khusus literasi untuk membiasakan kembali anak – anak membaca dan mengkonsumsi konten text, meskipun ini berat karena di rumah isinya nonton youtube, tiktok dan instagram.

Tidak heran, video – video pendek menjadi acuan GenZ dalam mencari apa yang dibutuhkannya, mereka tidak butuh konten panjang berbelit – belit, mereka mencari yang instan yang itu ada di video pendek.

Apakah ini baik atau buruk? Tergantung persepsi kita. Bagi GenX, kebiasaan ini jelas preseden buruk. Tidak mau membaca buku adalah salah satu keburukan GenZ. Kata GenX, GenZ ssemakin bodoh karena kurang literasi. Tetapi bagi GenZ, hal ini biasa – biasa saja, ilmu bisa didapat dari mana saja, tedak selalu dari buku, dari video – video tutorial pun bisa.

Klik untuk menilai!
[Total: 1 Rata-rata: 5]
GenZ dan Short Video
Bagikan kami!

Satu tanggapan pada “GenZ dan Short Video

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kembali ke Atas