Laporan avast antivirus mengungkapkan hal demikian. Ternyata tidak ada media sosial yang benar – benar aman untuk dijelajahi.
Facebook dianggap media sosial yang paling berbahaya, dimana 56% threat berasal dari sana. Sementara Avast sendiri telah memblokir 321 threat per detik dari sejumlah sumber serangan, terutama sosial media.
Lebih lanjut, Facebook menjadi tempat favorit bagi scammer untuk menyerang calon korbannya terutama berasal marketplace dan komunitas seperti group dan fans page.
Di Youtube, treath terbanyak adalah malvertising. Di mana penipuan merajalela seolah – olah dan disamarkan menjadi sesuatu yang baik dan benar. di X (twitter), tidak banyak moderasi konten membuat scam dan pornografi merajalela tanpa batasan.
Reddit (yang sudah diblokir di Indonesia, ada 2 jenis yaitu malvertising dan phising, mudahnya membuat link menuju situs – situs scam menjadi cara mudah menyebarkan malversiting dan phising. Di Instagram, e-shop scam menjadi yang paling banyak. Gallery foto penipuan banyak bertebaran di instagram.
Laporan avast juga menyatakan yang terbanyak adalah Malvertising sebanyak 27%, selanjutnya e-shop scam 24%, phising 18%, financial scam 11% dan seterusnya.
Dari sekian banyak scam yang berasal dari berbagai penjuru situs, untuk menyatakan dan mengatakan benar – benar aman sepertinya hal yang tidak mungkin. oleh karena itu, avast memberikan tips sebagai berikut:
- Pastikan dulu semuanya. Cek dan rechek adalah penting
- pada hari ini, semua bisa menjadi scam, teks, gambar atau video menjadi sarana scam. Apalagi kemampuan AI menjadi pemicu mudahnya membuat scam. Jadi pastikan semuanya berasal dari sumber yang valid dan anda percaya.
- Scammer menyukai crypto yang sebagian besar orang masih bingung dengan hal tersebut. Sehingga transaksi dengan dan melalui crypto menjadi sangat rentan, hati – hati saja.
Kesimpulannya, ketika kita bersosial media diharapkan untuk selalu hati – hati dan waspada, perkenalan dengan orang asing diharapkan tidak lantas kita percaya, informasi yang diberikan melalui sosial media untuk pertama kali angkap saja tidak benar sebelum kita menemukan kebenarannya.